try to be new and everything must be better :)

Jumat, 25 Februari 2011

DOKTER UMAT (aamiin.....) :)

bismillahhirrahmanirrahim...

Oleh Ali Mustofa
Sewaktu masih kecil, ketika masih tampak imut dan lucu-lucunya, banyak diantara kita saat ditanya oleh seseorang dengan pertanyaan, 'kalau besar cita-citanya ingin jadi apa?' maka sontan akan menjawab ingin jadi dokter. Ya begitulah, menjadi dokter memang merupakan profesi favorit kebanyakan orang.
Namun ternyata setelah besar, impian itupun tak bisa terwujud dikarenakan sesuatu hal. Maka kita tak perlu khawatir, kita masih bisa kok menjadi dokter. Tapi yang ini bukan yang biasa nyuntik orang di rumah sakit, atau yang biasa menulis sebuah resep obat yang tulisannya dibuat agak acak-acakkan. Melainkan menjadi dokter umat alias pengemban dakwah.
Menjadi dokter umat tidak perlu mengeluarkan kocek dalam-dalam, juga tidak memerlukan seleksi super ketat saat ujian masuk fakultas kedokteran. Cukup dengan membulatkan tekad untuk mengaji (halqah) serta memperdalam ilmu agama, dan siap menjadi pembela Islam, penjaga Islam yang terpercaya.
Peluang terbuka selebar-lebarnya, negri ini masih banyak membuka lowongan menjadi dokter umat, hal ini mengingat sejatinya masyarakatnya Indonesia bisa dibilang masih banyak yang sakit. Yang dimaksud sakit disini bukan sakit sebagaimana pada umumnya, seperti: batuk, pilek, jantung, magh, tipes dan lain sebagainya. Melainkan sakit pada pemikirannya.
Seperti diketahui, sudah lama masyarakat Indonesia semenjak ordelama hingga orde baru sampai sekarang ini terus dicekokin dengan virus-virus pemikiran barat, sebuah ajaran yang bertentangan dengan syariah Islam. Alhasil, sebagian diantara masyarakat yang kemudian kurang begitu paham akan keindahan Ideologi Islam, justru malah gandrung dengan ide-ide barat seperti halnya sekulerisme, pluralisme, kapitalisme, sosialisme, demokrasi, nasionalisme, dll.
Korupsi semakin menggurita, angka kriminalitas merajalela, hamil diluar nikah menggejala, inilah buah ajaran barat tersebut. Ironisnya penguasa di negri ini malah menjadikannya sebagai standar untuk mengatur negara. Inilah letak pangkal kesalahannya. Karena memang, yang salah harus dikatakan salah, dan yang benar katakanlah benar. Sebagaimana ketika seorang dokter mendiaknosis, kemudian menemukan penyakitnya apa.
Allah Swt berfirman: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui.” (QS. al- Baqarah : 42)
Karena itu, siapa saja bisa menjadi dokter, kenapa kesempatan ini harus di sia-siakan?, kan sayang kalau tidak buruan memanfaatkan peluang emas ini. Tapi ingat, menjadi dokter umat memang tak akan mendapat upah yang begitu menggiurkan. Namun sekali lagi jangan khawatir, insyaAllah Dia Swt-lah yang akan memberikan upah yang lebih spesial.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kpd (Al-Khair) kebajikan, menyuruh kpd yg ma’ruf dan mencegah dari yg mungkar; mereka ialah orang-orang yg beruntung. ” (QS. Ali Imran: 104)
Imam At-Thabari menjelaskan ayat diatas, sebagaimana di dalam kitab tafsirnya: Al-khair di sini ialah Islam dan syariatnya yang disyariatkan Allah pada hambaNya. Al-Ma’ruf di sini ialah mengikut Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dan dien Islam yang dibawanya. Al-Munkar di sini ialah kufur pada Allah, mendustakan Nabi Saw dan apa-apa yang dibawanya (At Thabari, 4/26)

Selasa, 15 Februari 2011

PESAN SAHABAT (6)

Doa adalah SENJATA,
pasrah kepada ALLAH adalah kekuatan sesungguhnya,
maka awalilah ikhtiar kita dengan DOA,
permudah dengan SHODAQOH,
akhiri dengan BERPASRAH DIRI kepada ALLAH,
dengan begitu hati kita tenang,
sedih dan letih akan terhibur dengan bermunajat kepada ALLAH,
itulah KEKUATAN YANG SEBENARNYA,
sehingga menjadikan kita PANTANG MENYERAH,
@harapanpastiada

understanding OTHERS

bismillahhirrahmanirrahim...

Oleh Syaifoel Hardy
Bin Omron, begitu nama pemukiman di salah satu sudut kota Doha-Qatar, tergolong cukup banyak jumlah masjidnya, meski kecil daerahnya. Tidak lebih dari 1 km panjang dan 500 meter lebarnya. Jumlah masjidnya sekitar 10 buah.
Di situ, boleh dikata padat akan masjid-masjid kecil. Tempat saya tinggal tidak terkecuali. Jika mau ke arah barat, timur, utara atau selatan, nyaris sama jaraknya, masjid dengan mudah di dapat, hanya dengan jalan kaki. Tidak seperti di Dubai di mana masjid rata-rata terpelihara dengan baik, di Bin Omron ini tidaklah demikian. Meski begitu, memiliki keunikan tersendiri. Yang saya maksudkan adalah jamaah masjidnya.
Suatu hari, saya pergi ke masjid sebelah selatan gedung kami. Pertama kali saya Salat Maghrib di sana, beberapa saat usai salam, terdengar acapan ‘Salam’ cukup keras. Berasal dari salah satu jamaah: ”Assalamu’alaikum”. Yang kemudian dijawab oleh sebagian orang: “wa’alaikum salam…”
Saya mencoba mencari dari mana suara tadi bermuara. Gagal. Hal tersebut berulang kali terjadi. Saya memang tidak selalu mengerjakan salat di masjid tersebut. Rasa ingin tahu siapa pemilik suara salam tadi pun berlalu.
Di kali lain, di dalam masjid yang sama, saya berada di baris kedua. Kembali, sesudah selesai mengucap salam, selang beberapa saat, terdengar ‘Salam’ dari orang yang sama, yang bukan asing, karena pernah mendengarnya. Saat itulah saya mengetahui siapa pemilik sejatinya, meski belum jelas sekali wajah pemiliknya. Yang pasti, orang tua. Hal ini saya ketahui lewat postur tubuhnya.
Sesudah itu, saya penasaran ingin mengetahu lebih lanjut……hingga…
Sore tadi, bapak tua, sang Pengucap Salam, yang saya percaya asli Qatar, bangkit dari tempat duduknya. Beliau selalu menempati baris pertama setiap salat. Subhanallah…ternyata orangnya tidak dapat melihat..alias buta. Saya ketahui, bukan hanya karena tongkat yang digenggamnya saja. Tetapi ketika saya tatap kedua mata beliau, memang cacat.
Jarak dari tempat duduknya ke pintu tidak lebih dari empat-lima langkah. Sepertinya beliau hapal benar liku-liku masjid ini. Namun segera, sesudah mendekati pintu ke luar masjid, secepat itu pula seorang anak muda, berkebangsaan India, menjemput tangan kiri orang tua ini. Membantu membimbingnya, guna mencari sandalnya.
Saya posisikan tubuh saya persis selangkah berada di belakang bapak tua ini. “Assalamu’alaikum ya Hajj….” Sapa saya. “Wa’alaikum salam…!” Jawabnya, disertai senyuman yang tersungging di bibirnya. Menunjukkan kegembiraan.
“Ada apa?” Katanya dalam Bahasa Arab. “Tidak ada apa-apa!” Jawab saya. “Hanya ingin menanyakan kabar anda saja!” Tegas saya.
“Siapa nama baik Bapak?” Kata saya lagi, meneruskan. “Jassim…” Jawabnya sambil berjalan dituntun pemuda India tadi. “Selamat jalan….” Saya menutup pembicaraan. “Terimakasih!” Dia pun pergi.
***
Pemandangan yang saya temui di atas tentu acapkali terjadi di banyak tempat dan di berbagai keadaan. Di mana seorang pemuda membantu orang tua yang buta, cacat, lumpuh dll. Saya yakin, pemuda tersebut dibayar untuk itu. Dia hanya lakukan pekerjaannya. Selesai.
Bisa saja rutinitas ini berlangsung sudah lama sekali. Bisa jadi pula, si pemuda ini tidak lagi merasakan apa-apa, tidak sebagaimana yang saya rasakan apabila saya menjadi pemuda tadi, yang harus menuntun bapak tua setiap saat. Pekerjaan yang dilakukan guna membantu Pak Tua ini, saya pula yakin, bukan hanya ke masjid. Bisa juga kala ke kamar mandi, makan, mengenakan pakaian, dan lain lain keperluan hidup. Beragam kegiatan, berbagai kemungkinan.
Satu hal yang saya pasti: pemuda tadi, memilki sesuatu yang tidak semua orang punya. Sesuatu yang saya maksudkan di sini adalah kemampuan untuk ‘memahami’ sesama, mengerti kebutuhan orang lain. Sesuatu yang nilainya sungguh tinggi dan amat mulia dari sisi kemanusiaan dan agama.
Kenapa saya katakan tidak semua orang memiliki kemampuan ini? Karena tanpa dibekali kemampuan memahami sesama, barangkali sudah dari dulu dia keluar dari pekerjaan ini. Atau, melarikan diri, lantaran betapa tersiksanya melakukan sesuatu yang tidak dia sukai.
Kalaupun dia terpaksa melakukannya, pasti bakal berdampak buruk. Bukan hanya pada diri orang lain, juga pada dirinya sendiri. Jika demikian, apa gunanya dia membimbing Pak Tua ini ke masjid setiap hari untuk ibadah yang dia pula bersujud dihadapanNya?
Kejadian ini menyisipkan sebuah pelajaran, bahwa agar bisa memahami sesama, kalaupun diniatkan sebagai lahan kerja, dibutuhkan ketegaran, tekad dan iman. Jika sekedar keinginan untuk mendapatkan imbalan semata, tentu akan menderita!
Doha, 6 February 2011

 -eramuslim-

I LOVE YOU, my sist..

bismillahhirrahmanirrahim...

aku akan sangat bangga jika ada seseorang bertanya,
siapa kakakmu?
dengan bangga akan kujawab INDI HIMMA KHAIRANI,
dialah kakak terbaikku, satu-satunya kakak yang aku miliki,
tak akan pernah aku mau siapapun yang menggantikan posisi dia,
banyak orang yang bilang aku dan dia sangat mirip,
bahkan ada yang bilang aku dan dia kembar, (kembar dari mana coba???)
hehehe....
aku akui, secara fisik aku dan kakakku memang mirip, apalagi ketika kita semakin tumbuh besar dan dewasa, semakin terlihat bahwa kita mirip,
tapi, dari semua kemiripan itu kita memiliki sifat yang sama sekali TIDAK MIRIP, bahkan bisa dibilang sangat bertentangan,
ya, aku dan dia berbeda,
dulu... ketika aku masih kecil aku tak pernah sehari saja aku tdk berantem dengan dia, sekecil apapun masalah itu pasti selalu membuat kita saling adu mulut,
apa yang aku suka dan apa yang aku benci selalu berbeda dengan dia,
bahkan bisa jadi apa yang aku benci itu adalah apa yang dia suka, tetapi apa yang aku suka adalah apa yang dia benci, bgaimana nggak berantem coba?hemmmm...
tapi, lambat laun, tepatnya ketika dia SMA dan memutuskan untuk bersekolah di semarang,hubunganku dan dia menjadi lebih baik,mungkin karena kapasitas bertemu kurang kali ya,
lulus smp, aku memutuskan untuk mengikuti jejak langkah dia untuk bersekolah di semarang,
awalnya aku sama sekali tidak tertarik dan tidak mau sama sekali bersekolah di tempat yang sama dengan dia, saat itu mungkin aku masih sangat egois, bagiku waktu itu bersekolah di smp yang sama dengan kakakku itu sudah lebih dari cukup, karena mengapa?aku tidak suka jika aku harus dibanding-bandingkan dengan dia dalam segi apapun,yang pasti she is better than me, hehhee
tapi, orangtuaku saat itu hanya memberiku 2 pilihan, jika bersekolah di luar kota, aku hanya boleh di semarang, dan sma terfavorit di semarang adalah sma3, tempat di mana kakakku juga bersekolah,dan jika aku tidak di luar kota, berarti aku akan melanjutkan sma di  kotaku sendiri, rembang. ketika itu aku sempat protes dengan kedua orang tuaku, karena aku sudah jauh-jauh hari meminta ke mereka bahwa aku memilih jogja sebagai tempat aku sekolah, dan ketika itu mereka mneyetujui asalkan aku memang diterima di sana. tapi, ternyata orangtuaku tak selamanya setuju dengan keputusanku itu, padahal saat itu aku sudah cukup gembira.
ternyata, lambat laun penilaianku tentang bahwa aku harus berbeda sekolah dengan kakakku akhirnya hilang, aku mulai tersadar, jika selama sekolah itu memang baik, mengapa aku harus mengelak untuk tidak masuk ke dalamnya?toh jika masalah aku dan dia lebih baik yang mana, bukankah setiap orang itu berbeda dan memiliki kempauan masing2?
itu adalah awal kesadaranku yang cukup melunturkan sifat egoisku
orangtua memang selalu lebih tau mana yang terbaik untuk anaknya, aku sungguh beruntung tidak menentang apa yang telah disarankan oleh kedua orangtuaku,
ya, semarang telah memberiku banyak pelajaran,
sedikitnya waktu bertemu dengan orangtuaku, jauhnya aku dari kampung halamanku,
membuatku semakin tersadar bahwa hidup memang selalu butuh perjuangan,
perbedaan atmosfer di sekolah yang dulu dengan sekolah yang sekarang membuatku lebih dapat menghargai dan mengenali karakter teman yang satu dnegan yang lain,
aku juga sangat beruntung dan berterima kasih, di semarang jugalah aku dapat berkumpul di suatu majelis yang insyALLAH dapat selalu membuatku untuk bisa lebih memperdalam ilmu agama dan menjadikanku lebih baik, jika dulu aku tak mengenal itu, sekarang aku jadi selalu ingin berada di tempat itu, berada di sekeliling orang-orang sholeh, bertukar pikiran, saling menyemangati satu sama lain,
semua yang aku dapatkan di sini tak pernah lepas juga dari bantuan kakakku,
dialah yang memperkenalkanku pada majelis-majelis itu,
dia pula yang selalu mengarahkan aku dan memberi tahuku mana yang baik dan mana yang buruk, karena ketika di semarang, kakakku sebgai penggnti dari kedua orang tuaku,
dia juga tak pernah mengeluh ketika aku sedang banyak bertanya tentang ini dan itu,
dia juga selalu dengan sbar menjelaskannnya sampai benar-benar aku mengerti,
entah hal itu soal pelajaran sekolah yang tidak aku mengerti atau hal tentang fiqih agama,
i love you, my sist...
di awal kehidupanku di semarang, aku dan dia mungkin masih terlihat sering bertengkar,
saling beda pendpat tentang ini dan itu,
masih saling merasa bahwa masing-masing adalah yang benar,
tapi,alhamdulillah....
seiring bertambah dewasa, semoga aku dan dia dapat selalu menjadi lebih baik,
menjadi kebanggan orangtua kami,aamiin...
dan kini yang pasti, satu yang ku harap, aku bisa mengikuti jejak langkah dia kembali,aamiin yaALLAH...

love you my sist...

semua berawal dari niat dan bagaimana kita ikhlas :)

bismillahhirrahmanirrahim..

ikhlas memang bukan hal yang mudah,
kekuatan ikhlas adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dicapai,
tapi semua itu bukan berarti kita tak bisa untuk ikhlas bukan?
pasti ada proses di setiap pencapaian
yang menjadi permasalahan adalah bukan bisa atau tidaknya kita ikhlas,
tapi bagaimana kita bisa bertahan di dalam proses pencapaian itu,
terasa pahit memang,tapi akan manis kemudian
ya pasti akan manis ketika kita sudah berhasil dalam pencapaian itu,

ketahuilah,
setiap keputusan pasti ada alasan,
alasan untuk kebaikan itulah yang terbaik,
kebaikan milik kita semua,
setiap orang menginginkan yang terbaik untuk dirinya sendiri,
walaupun terkadang apa yang nantinya kita dapatkan,
kita merasa itu bukanlah yang terbaik untuk kita,
tapi, ingatlah selalu ALLAH LEBIH MENGETAHUI MELEBIHI APA YANG KITA TAHU,termasuk apa yang terbaik untuk kita.

ALWAYS BE BETTER AND DO THE BEST!!!

DAN SAYA MENYESAL

bismillahhirrahmanirrahim...

setiap langkah kita adalah pelajaran yang dapat kita ambil,
sekalipun itu hanya sebuah penyesalan,
ya PENYESALAN..
penyesalan akan sebuah betapa berharganya sebuah kesempatan,.
dan kemudian waktu membuktikan,
bahwa kita  tak mungkin kembali pada kesempatan itu,

mungkin aku telah kehilangan satu kesempatan yang sangat berharga bagi diriku,
penyesalan mungkin tak kunjung henti selalu aku rasakan,
keinginan untuk mendapatkan kesempatan itupun tak aku pungkiri untuk bisa aku dapatkan lagi,
tapi apa yang bisa aku lakukan?
bukankah yang terjadi tak akan kembali lagi?
semua yang terjadi juga sudah diskenario oleh ALLAH?
hanya ALLAH yg selalu mengerti apa yang terbaik untuk hambaNya,
mungkin di sela penyesalanku ini, ALLAH ingin memberiku satu pelajaran berarti lagi,
ya, i must be positive thinking!!!
satu yang pasti,
satu yang selalu menjadi peneguhku,
JIKA KITA GAGAL DI SAU JALAN, BUKAN BERARTI KITA GAGAL MENCAPI HARAPAN KITA,KARENA SETIAP HARAPAN MEMILIK BERIBU PELUANG.


HAMASAH!!!

Senin, 14 Februari 2011

for my beloved sister

bismillahhirrahmanirrahim...

jika ada orang yang bertanya,
siapa kakakmu?
dengan bangga aku akan menjawab, INDI HIMMA KHAIRANI,
bagiku tak akan ada yang pernah bisa menggantikan posisi dia sebagai kakakku.
bnayak orang bilang kita mirip,
padahal aku dan dia sesungguhnya sangatlah berbeda,
tapi, dalam perbedaan itu, aku sangat menyayangi dia, dan aku beruntung mempunyai kakak seperti dia,
aku dan dia tak lepas dari kakak adik pada umumnya,
bertengkar?dulu sangat sering aku dan dia bertengkar,
apa yang aku suka dan apa yang aku benci sangat berbeda dengan apa yang dia suka dan benci,
yang aku suka mungkin adalah apa yang dia benci, sedangkan apa yang aku benci adalah apa yang dia suka,
walaupun seperti itu, aku tetap menyukai dia,dan sekali lagi aku beruntung mempunyai kakak seperti dia,
ketika aku mulai hidup di semarang,
dialah yang selalu membantuku, perannya tak pernah lepas dari seorang kakak,
apapun yang tidak aku mengerti selalu aka tanyakan padanya,
entah itu soal pelajaran sekolah atau sampai soal fiqih agama,
dia selalu memberikan pemahaman yang dapat aku mengerti, jika aku masih kurang jelas dan tidak mengerti, dengan sabar dia selalu menjelaskan dengan pengertian yang dapat lebih mudah aku pahami,

aku dan dia berbeda,
perbedaan itu tak jarang membuatku sering berdebat dengannya,
jika egoku lebih besar ketika aku sedang berdebat dengannya, maka aku tak akan bisa menangkap apa yang dia maksut sebenarnya dari yang ia katakan dan itu hanya akan membuatku bernegatif thinking,
tapi, ketika aku menyimpan egoku dan lebih memilih untuk mendengarkannya, secra tak sadar ternyata dia sangat perhatian padaku, walaupun harus dengan cara berdebat,
nasihat-nasihatnya selalu dapat menjadi petunjukku,
mana yang benar dan mana yang salah,
pendiriannya teguh mengajariku untuk dpat selalu istiqomah berada di jalan yang benar,
kesungguhan dia mengajariku untuk selalu berusha semaksimal mungkin mencapai tujuan,
i love you,my sist..

Minggu, 13 Februari 2011

antara HARAPAN dan KEYAKINAN

bismillahhirrahmanirrahim..

harapan tak pernah lepas dari angan setiap manusia,
setiap jalan yang ditapaki selalu ada harapan dalam melangkah,
walau kita tahu, bisa atau tidak kita menggapai harapan itu,
dan satu manusia pasti memiliki lebih dari satu harapan,
apalagi kita tahu, sangat sulit manusia yang dengan mudah merasa cukup puas atas apa yang telah diraihnya,
jika satu keinginan telah tercapai, selalu ingin mengejar keinginan yang lain yang pasti jauh lebih tinggi sampai benar benar merasa bahwa hanya dialah yang sempurna,
padahal pastilah kita tau bahwa tak ada yang sempurna selain DIA,

tapi, tanpa HARAPAN kita tak akan semangat dalam menjalani hidup,
rasanya seperti tak ada cambuk motivasi,
tak jelas pula apa yang kita cari di dunia ini dan untuk apa ini semua nanti,
jika kita memiki harapan, kita selalu mempunyai bumbu penyemangat jiwa untuk melangkah,
menapaki satu per satu jalan hidup kita sampai harapan yang kita miliki tercapai,
mungkin memang tak ada yang salah dengan HARAPAN,
malah jika kita melihat, kita akan lebih banyak menemukan sisi positifnya daripada sisi negatifnya,
lalu, apa hubungannya HARAPAN dan KEYAKINAN??
menurutku, jika kita berharap yang BESAR maka harapan yang kita miliki akan melahirkan keyakinan yang BESAR pula,
dan sebaliknya jika kita hanya berharap yang kecil-kecil saja maka keyakinan yang kita miliki tak sama besar seperti keyakinan yang kita miliki pada harapan yang besar,
mengapa?
ketika kita hanya berharap pada tingkat yang kecil-kecil saja, maka kita akan merasa bahwa tak perlu bersusah payah untuk mencapai harapan itu,karena harapan kecil itu dapat dengan mudah kita capai,
jadi, tak ada semacam cambuk kuat untuk penyemangat jiwa kita,
lain halnya jika kita selalu berharap pada tingkat yang besar,
mungkin ketika kita berharap sesuatu yang besar, kita akan sering mendapatkan komentar orang yang lebih mencemooh kita daripada menyemangati kita, seperti "ah, mimpi loe!" atau komentar lainnya,
tapi, berkat harapan besar itu kita kan memiliki KEYAKINAN yang KUAT, karena apa?karena kita tahu memang untuk mendapatkan harapan besar itu tak mudah, kita harus benar-benar berusaha untuk mencapainya. jadi, jika kita berharap besar kita seperti akan menemukan cambuk yang sangat kuat yang selalu siap mencambuk jiwa kita untuk tetap bersemangat sampai harapan kita berhasil kita capai.

tapi, satu yang lebih penting dari itu semua adalah PERCAYA PADA ALLAH,
ya, pecaya pada ALLAH bahwa apapun yang DIA  berikan adalah yang terbaik bagi kita,
kita pasti akan merasakan apa yang pada akhirnya diberikan pada ALLAH untuk kita sering kali tidak sesuai dengan yang kita harapkan, tapi ingat ALLAH lebih tau segalanya daripada kita, DIA bahkan memiliki rencana-rencana indah yang tidak kita tahu,
kita boleh berharap, kita boleh berusaha,
beraharaplah setinggi mungkin,
berusahalah semaksimal mungkin,
berkeyakinanlah sekuat mungkin,
ketika kita sudah merasa bahwa kita telah berusaha semaksimal mungkin, maka sudahlah percayakan semua pada ALLAH, pasrah padaNya setelah kita benar benar telah berusaha,
jangan pernah mencoba pasrah jika kita BELUM BERUSAHA,

MAN JADDA WA JADDA
MAN SHABARA WA ZHAFIRA...

Sabtu, 05 Februari 2011

NILAI atau ILMU??

bismillahhirrahmanirrrahim..

jika kita diwajibkan sekolah,
apa yg sebenarnya kita cari di sekolah?
jika kita diwajibkan untuk belajar,
apa yg kita dapatkan dari belajar?

sebuah sabda Rasul yg sangat terkenal :
"tuntutlah ilmu sampai ke negeri china"

dari sabda Rasul itu, pasti sudah terbukakan mata hati kita untuk bisa selalu menuntut ilmu,walaupun di ibaratkan sampai ke negeri china sekalipun,memang, tak ada yg salah dengan menuntut ilmu,
sama sekali tidak salah, bukankah jika kita menuntut ilmu bukankah kita sama saja berjuang di jalan ALLAH?
berniat karena ALLAH,semata mata hanya karenaNYA,
lalu, tujuan kita mencari ilmu apa?
mendapat nilai untuk meraih predikat TERBAIK??
meraih predikat terbaik untuk menerima SANJUNGAN???
menerima sanjungan untuk mendapat KEHORMATAN???

apakah kita menuntut ilmu hanya demi itu semua?
jika kita berpikir hanya untuk mendapatkan hal semacam itu,
maka jangan menyesal jika kita nanti kita akan menjadi ORANG MERUGI,
sebanyak-banyaknya ilmu yang kita dapatkan,
semua tak akan ada guna jika tanpa adanya PENGAMALAN,
bukan hal sulit untuk mendapatkan nilai yang bagus,
jika kamu memang hanya berorientasi pada nilai,
kamu pasti akan melakukan, bahkan menghalalkan segala cara bagaimnaa kamu bisa mendapatkan nilai terbaik itu.
bisa jadi pula usahamu mendapatkan nilai itu lebih besar daripada ketika kamu sedang menuntut ilmu di sekolah?otakmu akan jauh lebih berfikir kreatif dibanding disuruh berfikir tentang deret hitung d sekolah,
sungguh malang,
dan yang lebih malang lagi, ketika hasil telah keluar,dan nilai 100 berada pada genggamanmu, kamu amat teramat sangat puas dengan nilai itu,sadarkah kamu???
apakah nilai itu murni hasil usaha kerasmu?jika memang itu murni usaha kerasmu,patutlah kamu berbangga diri,
tapi jika itu bukan hasil dari keringatmu sendiri, jangan harap kamu BISA BERBANGGA,
di lisanmu kamu bisa berucap beribu-ribu bangga,
tapi, coba lihat dirimu sendiri,kamu tak lain sama halnya dengan seorang pengecut,
ya , seorang pengecut, pengecut yang tak pernah berani menggunakan kemampuannnya,
pengecut yang tak pernah tau seberapa besar kemampuan yang dia miliki,
pengecut yang tak pernah berani ambil resiko demi yang benar,

jika menuntut ilmu, tuntutlah dengan benar,
NILAI bukan arti segala-galanya,
tak adil memang jika orang akan lebih dianggap berilmu jika nilai dia lebih baik dibanding dengan yang lain,
itu tak akan menjamin segalanya,
proses pencapaian dgn usha yang keras dan pengamalan ilmu lah yang lebih penting

jangan biarkan orang-orang seperti itu yang nantinya akan duduk di kursi pemimpin,
negeri ini sudah rusak, apkah akan semain rusak dengan kualitas generasi-generasi seperti ini?
jangan harap akan menjadi lebih baik negeri ini jika berada di tangan orang-oarang macam itu,
KEEP ISTIQOMAH!!!
HAMASAH!!!

Laman

Cari Blog Ini